SURAT DARI SEORANG
AYAH UNTUK SEORANG AYAH
Aku tuliskan surat ini atas nama
rindu yang besarnya hanya allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat
ini sebagai surat laki – laki kepada seorang laki – laki, surat seorang ayah
kepada seorang ayah……
Nak menjadi ayah itu indah dan
mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini,
kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah
terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun bertemu.
Nak menjadi ayah itu mulia,
meskipun demikian, ketahuilah nak menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui
betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui keberadaanku,
makna keberadaanmu dan makna tugas kebapakanku terhadapmu adalah salah satu
masa terindah dan paling aku banggakan didepan siapapun, bahkan dihadapan Allah,
ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya hingga saat usia senja ini.
Nak ,…saat pertama engkau hadir,
kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu, sebagai bukti bahwa
aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika
engkau suatu kali telah mampu berkata “ TIDAK “ timbul kesadaranku siapa engkau
sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan
karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Allah, tak ada hakku
menuntut pengabdian darimu, karena pengabdianmu semata – mata seharusnya hanya
untuk Allah.
Nak,… sedih, pedih dan
terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam
waktu panjang dimalam – malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh – penuh
air mata dihadapan Allah. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu Nak, satu –
satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilkmu yang sebenarnya, membuatmu
senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu
karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang
lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Allah.
Inilah usaha terberatku Nak,
karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah.
Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Allah, agar perjalananmu
mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai
perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan
lumpur hitam. Aku Cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama
lain, agar dapat kau rasakan perjalanan Rohaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih
berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti, perjalanan
mengenal Allah tak kenal letih dan berhenti, Nak… Berhenti berarti mati inilah
kata – kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir
putus asa.
Akhirnya nak …., kalau nanti
ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan Allah, dan kudapati jarakku amat
jauh dari Nya, aku akan Ikhlas, karena seperti itulah aku didunia. Tapi kalau
boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Allah. Aku
akan bangga Nak, Karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan
kepada pemilik Nya.
Dari ayah yang senantiasa
merindukanmu…………….
Dari uraian surat diatas kita
diharuskan membimbing anak – anak kita untuk mengenal Allah sebagai pemiliknya
yang sah, dan mengajarkan dengan suatu ajaran yang baik dan berbudi luhur,
karena suatu kelak kita harus mengembalikan dia kepada pemilik Nya sebisa
mungkin dalam keadaan bersih seperti pada waktu kita diberi amanah ( titipan )
dulu.
Sumber:
http://answering.wordpress.com/2011/04/10/sepucuk-surat-dari-seorang-ayah/
http://www.dudung.net/artikel-islami/sepucuk-surat-dari-seorang-ayah.html
http://dumalana.com/2011/06/15/surat-seorang-ayah/
(disalin dari lembaran da’wah “MISYKAT” No.
Edited by Admin,...Nwun Sewu...